Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini diperlukan pengkajian secara obyektif, bukan secara subjektif. Rasional, bahasa otak bukan emosinal. Mengapa ? jika pengkajiannya berdasarkan subyektivitas/emosional, maka hasilnya nisbi, relatif dan semu (kebenarannya terbatas). Semua agama itu benar, tentunya menurut kepercayaan dan keyakinan masing-masing, dimana jawabannya menjadi relatif, tetapi kalau dikaji secara rasional atau objektiv, tidak mungkin semua agama benar. pasti ada kebenaran mutlak dibalik kebenaran nisbi. Pasti juga ada kebenaran objektif yang berlaku universal (common denominator) di antara kebenaran subyektif yang terbatas. Baiklah! kita mulai pengkajian obyektivitas ini dengan mencari jawaban syarat-syarat Tuhan di dunia empiris (kehidupan nyata). Jika Tuhannya benar, berarti agamanya benar.
Pertama, Teori Realitivitas Einstein. Teori ini menganggap bahwa segala sesuatu adalah relatif dan terbatas jika masih berada.dalam empat dimensi, yakni ruang, waktu daya dan guna. Selama sesuatu itu masih terbatas oleh empat dimensi ini, maka selama itu pula disebut alam raya sebagai wujud ciptaan Tuhan. Karena Tuhan di luar empat dimensi tersebut di atas, maka berarti syarat Tuhan yang pertama adalah ''mutlak tak terbatas''. Teori realitivitas inilah yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan nakal tadi. pertanyaan-pertanyaan seperti; dimana, kapan, bagaimana dan siapa yang menciptakan Tuhan adalah masih terbatas pada ruang dan waktu. Kalau ada yang bertanya dimana Tuhan berada ? pertanyaan ini masih terbatas pada dimensi tempat. itu berarti masih merupakan bagian dari alam yang Dia ciptakan. Tuhan itu tidak terbatas oleh dimensi tempat. kapan Tuhan itu ada ? Hal ini terbatas pada dimensi waktu. Bagaimana Tuhan itu mengada ? Ini berarti terbatas pada wujud dan guna. Lalu siapa yang menciptakan Tuhan ? Teori ini megajarkan bahwa jawabannya adalah Tuhanlah yang menciptakan Tuhan (menciptakan dirinya sendiri). Asal jawabannya Tuhan, pasti berhenti pada kata Tuhan, Atau dihentikan oleh Tuhan. Kalau begitu sebenarnya teori realitivitas menyatakan sebenarnya Tuhan adalah Mutlak, tidak terbatas pada dimensi ruang, waktu, wujud dan guna. Hanya alam semestalah yang terbatas dan bersifat semu dan relativ.
Kedua, Teori Non Otomatik. Teori Ini menyatakan bahwa di muka bumi ini tidak ada yang otomatis. Atau terjadi dengan sendiri. di balik wayang pasti ada dalang, di balik film pasti ada sutradara, di balik permainan pasti ada pemain dan di balik ciptaan pasti ada pencipta. Maka mungkinkah rotasi evolusi alam menakjubkan para kosmolog, dan kemudian di tangannya lahir ilmu pasti, ilmu ruang angkasa (kosmologi) itu terjadi dengan sendirinya? Maka teori non otomatik ini menjelaskan, bahwa alam raya ini ada yang menciptakan. Itulah Tuhan sebagai penciptanya. Maka dengan mudah teori non otomatik ini menggugurkan teori atheis yang mengatakan bahwa Tuhan tidak ada.
Sebenarnya mereka (kaum atheis) sudah bertuhan, yakni bertuhan pada akalnya. Tatkala ia mengatakan Tuhan tidak ada, akal itulah yang menjadi 'tuhan'-nya. Pada dasarnya manusia itu tdak bisa mengelak dari ketuhanan, karena mengaku tidak bertuhan pun sebenarnya merupakan manifestasi dari ketuhanan itu sendiri. Yakni, ''tuhan'' dari mereka yang mengingkari Tuhan. jadi mereka tetap bertuhan, yaitu dengan mentuhankan akal pikiran, angan-angan dan persepsinya.sendiri.
Ketiga, Teori The Most, atau ''paling/ter'' (di atas segalanya), Artinya, paling tinggi (tertinggi). Atau paling kuasa (terkuasa). Atau paling mulia (termulia). Hanya satu, the only one. Satu dalam artian Tuhan itu hanya satu, tidak ada dua, tidak tiga, apalagi multi Tuhan. Kemudian satu dalam artian kebenaran. Yang benar itu hanya satu, semuanya salah. Pasti ada satu kebenaran obyektif di antara kebenaran subyektif. Pasti ada emas di antara timah, tembaga dan besi. Pasti ada mutiara di sela-sela lumpur. Pasti ada Tuhan di antara hantu-hantu. pasti ada agama di antara gama-gama.
Keempat, Teori Super Nature Power. Teori ini mengatakan bahwa ada kekuatan dahsyat di balik alam (nature), yakni kekuatan metafisik yang luar biasa. Contoh sederhana adalah ruh yang ada pada tubuh kita. Ruh adalah bion yang hidup, justru jasad ini adalah bion yang mati. Mayit bermata, bertelinga, berkaki tetapi tidak dapat berbuat apa-apa karena ruhnya sudah tidak ada. Berarti ruh adalah bion yang hidup. Sampai detik ini tidak seorang profesorpun, apalagi yang awam, berhasil mendeteksi bentuk dan warna ruh. ya karena memang ruh merupakan rahasia Allah swt.
Dari empat teori ini, silahkan cari kitab yang di anggap suci oleh umatnya. Jika kitab itu mengandung empat teori ini, maka kitab suci itu benar-benar suci. Baik, mungkin kita akan kehabisan waktu untuk mencari kitab-kitab suci. Jangankan kitab suci yang lain, kitab suci sendiri saja jarang kita sentuh.
Al qur'an Menjawab Secara Sempurna Problem-Problem Kehidupan & Bukti-Bukti Ilmiah Yang Paling Mutakhir
Mari kita buktikan bahwa empat teori di atas terjawab dalam Al-Quranul Karim. Pertama, Teori Realitivitas. Teori ini mengatakan bahwa Tuhan itu Mutlak, alam raya ini terbatas. Hal ini Allah jawab dalam surat yang pendek dan padat, tapi mengandung bobot tauhid yang luar biasa, yaitu surat Al-Ikhlas karena kita paling ikhlas membacanya. Bahkan kalau kita menjadi makmum (rela menjadi makmum kalau imamnya membaca surat ikhlas, red.). Ternyata bukan itu hikmah surat Al-Ikhlas. Al-Ikhlas itu kaitannya erat dengan laa ikraaha fiddin (tidak ada paksaan untuk memasuki agama Allah (QS. Al-Baqarah (2): 256). Mengapa demikian ? Karena agar ia ikhlas dan tidak menjadi beban dalam memeluk agama Allah (islam). Sehingga dalam melaksanakan agama Allah selalu di dasarkan pada keikhlasan-keikhlasan.
Baiklah! di balik pendeknya surat Al-Ikhlas ini, ternyata mengandung bobot tauhid yang luar biasa. Kita buktikan bahwa teori relitivitas langsung di jawab oleh Allah :
Artinya :
''Dia tiada beranak dan tiada diperanakan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia''. (QS. Surat Al-Ikhlas 3-4).
Dia (Allah) juga bersifat mukhalafatu lil hawaditsi (tidak ada makhlukpun yang menyerupainyai).